Pengabdian di Bidang Kesehatan, Farmasi ITB Buat Balai Kesehatan di Desa Cintaasih

Pengabdian di Bidang Kesehatan, Farmasi ITB Buat Balai Kesehatan di Desa Cintaasih

Pengabdian di Bidang Kesehatan, Farmasi ITB Buat Balai Kesehatan di Desa Cintaasih

BANDUNG, fa.itb.ac.id – Institut Teknologi Bandung (ITB) melalui mahasiswa Sekolah Farmasi mengadakan program pengabdian masyarakat dengan tema Balai Kesehatan di Desa Cintaasih, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat pada Sabtu (31/8/2019) lalu. Kegiatan ini merupakan bagian dari program Farmasi Pedesaan yang bekerjasama dengan Gerakan Pemberdayaan Masyarakat Indonesia (Gebrak Indonesia) dari Keluarga Mahasiswa ITB.

Melalui program Balai Kesehatan kali ini, sekitar 140 warga di Desa Cintaasih mendapatkan pelayanan kesehatan berupa pengukuran tinggi badan, berat badan, tensi, pemeriksaan GCU level (glukosa, kolestrol, asam urat). Kegiatan pemeriksaan tersebut melibatkan dokter yang berasal dari IKA FK Unisba dan mahasiswa Kedokteran Unisba. Terdapat juga apoteker alumni Sekolah Farmasi ITB yang melayani pemberian obat/vitamin kepada masyarakat setempat. Selain itu, Klinik Bumi Medika Ganesa juga turut membantu dalam pelaksanaan kegiatan tersebut.

Kegiatan lainnya yang dilakukan di Balai Kesehatan ini adalah memberikan sosialisasi kepada anak – anak yang bertempat di SD 2 Cibenda, Desa Cintaasih. Kegiatan sosialisasi yang dilakukan adalah pengenalan PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat) disertai dengan edukasi mengenai cara menggosok gigi yang benar, cara mencuci tangan yang baik, dan empat pilar gizi seimbang. Setelah materi selesai disampaikan, para relawan melakukan praktik langsung bersama anak – anak.

Balai Kesehatan sebenarnya merupakan bagian dari program jangka panjang di Sekolah Farmasi ITB, yaitu Farmasi Pedesaan (Fardes). Adapun latar belakang didirikannya Fardes adalah sebagai wujud implementasi dari Tridharma Perguruan Tinggi, yaitu pengabdian kepada masyarakat. Pengabdian masyarakat tidak hanya terkait dengan pelayanan di satu waktu saja, maka dari itu dibentuklah Fardes sebagai program pengembangan dari pengabdian masyarakat tersebut.

Program Fardes bertujuan untuk membantu masyarakat desa yang bertempat tinggal di daerah yang belum berkembang dengan baik. Pelayanan yang diberikan oleh relawan Fardes adalah pelayanan di bidang kesehatan, dan program ini telah lama berjalan di Sekolah Farmasi. Pada awalnya, sasaran dari Fardes adalah membantu desa terpencil yang sulit dijangkau dengan kendaraan bermotor. Selain pelayanan kesehatan, ada juga kegiatan lain yang dilakukan seperti membangun sanitasi yang baik di daerah setempat. Namun seiring dengan perkembangan zaman, desa – desa yang ada pun telah mengalami perkembangan dan tugas Fardes bergeser menjadi pemberian bantuan kesehatan pada desa yang memiliki kriteria belum memadai dalam bidang kesehatan.

“Tujuan utama kita adalah development, yaitu membangun sebuah program yang bisa dijalankan di desa itu secara berkesinambungan,” ujar Maria Regina, mahasiswi Farmasi Klinik dan Komunitas ITB yang merupakan penanggung jawab program Fardes 2019/2020 ini.

Dijelaskan Maria, pemilihan lokasi binaan untuk program tahun ini dilihat dari desa yang tergolong masih baru berdiri. Periode pembinaan suatu desa adalah lima tahun, dengan pembagian, tahun pertama adalah sosial mapping (memahami latar belakang suatu desa), tahun kedua masih dilakukan sosial mapping dan mulai melakukan inisiasi program (penentuan master plan program yang akan dilaksanakan), tahun ketiga hingga selesai adalah proses penerapan program yang telah dirancang kepada desa terkait.

“Di desa ini kita baru jalan tahun kedua (social mapping). Maka dari itu, tujuan Balai Kesehatan kali ini bukan sekedar pengobatan gratis saja, tapi kami juga ingin mendata tingkat kesehatan masyarakat di desa tersebut,” tambahnya.

Dia berharap, output dari program Balai Kesehatan ini adalah mahasiswa bisa mendirikan suatu program yang bisa membuat masyarakat di lokasi desa binaan menjadi lebih mandiri, lebih produktif, dan bisa ikut membantu memecahkan permasalahan yang selama ini ada di desa tersebut.

Reporter: Christopher Wijaya (Sains dan Teknologi Farmasi, 2016)

No Comments

Post a Comment

Your email address will not be published.