Mahasiswa Farmasi ITB Hadiri World Congress 2015
Mahasiswa Sekolah Farmasi (SF) ITB kembali mengharumkan nama Indonesia setelah menghadiri ‘International Pharmaceutical Students’ Federation (IPSF) World Congress 2015 yang berlangsung di India dari Kamis sampai dengan Sabtu (30/07-08/08/15). Delegasi yang diketuai oleh Kartika Khoirunnisa (Sains dan Teknologi Farmasi 2013) ini terdiri atas Intan Dinny Nuralifa (Sains dan Teknologi Farmasi 2013), Azalea Adani Djuli (Farmasi Klinis dan Komunitas 2012), Intan Permata Sari (Sains dan Teknologi Farmasi 2012), Novita Nur Dwihastuti (Sains dan Teknologi Farmasi 2012), Nurinanda Prisky Q. (Sains dan Teknologi Farmasi 2012), Farnsiskus S. Renaldi (Farmasi Klinis dan Komunitas 2011), dan Hans Liawan (Sains dan Teknologi Farmasi 2013)
Terdapat dua jenis delegasi dalam kongres ini yaitu official delegates dan delegates. Official delegates memiliki hak suara pada General Assembly (GA) pada kongres tersebut yang bertujuan untuk mewadahi laporan pertanggungjawaban atas kepengurusan IPSF setahun lalu, pemilihan kepengurusan selanjutnya dan penentuan negara tempat World Congress selanjutnya. Di sisi lain, delegates tidak memiliki hak suara tetapi dapat mengikuti semua jenis kegiatan lain pada kongres tersebut kecuali GA. Hal tersebut disebabkan oleh GA yang diadakan secara bersamaan dengan kegiatan lainnya. Adapun official delegates dari Indonesia adalah Kartika Khoirunnisa, Novita Nur Dwihastuti, dan Nurinanda Prisky Q.
Acara yang berlangsung selama sepuluh hari ini terdiri atas beberapa mata acara yaitu GA, simposium, lokakarya, ekskursi, dan lomba. Farnsiskus S. Renaldi yang akrab disapa Aldi mengaku mendapatkan banyak sekali pelajaran berharga selama mengikuti kegiatan ini. Saat mengikuti eksursi atau kunjungan industri ke beberapa industri farmasi di India yaitu SIPRA, NATCO Pharma, dan VIMTA Labs, Aldi mempelajari bagaimana suatu obat distandaridisasi di India, pengujian kesetaraan produk, dan penggunaan teknologi yang sudah lebih modern dari Indonesia di industri tersebut. Selain itu, Aldi bersama delegasi lainnya dari ITB turut mengikuti Public Health Campaign yaitu kampanye tentang Tuberculosis (TBC) kepada anak-anak setingkat SD dan SMP di Auxilium High School, India. Tersusun atas delegasi dari bemacam-macam negara, tim kampanye tersebut memberi pencerdasan mengenai apa itu TBC, bagaimana cara mencegahnya, nutrisi apa yang harus diganti agar terhindar dari TBC, dan bagaimana cara menyembukannya. Aldi mengaku kegiatan tersebut sangat berkesan karena dapat berinteraksi langsung dengan teman-teman internasional dan masyarakat lokal.
Kongres yang dihadiri oleh delegasi yang berasal dari tujuh puluh negara ini juga mengadakan lomba cerdas cermat yang diikuti oleh sepluh tim yang salah satunya adalah tim Indonesia. Tim indonesia yang merupakan campuran dari mahasiswa ITB dan Perguruan Tinggi Negeri lainnya berhasil mendapatkan peringkat kedua pada kompetisi ini. Di sela-sela rangkaian acara, juga diadakan simposium yang bertemakan “Bridging Gaps in Current Pharmacy Education” yang menyuguhkan pembicara profesional dari bidang farmasi di India. Berbeda dengan kegiatan-kegiatan lainnya, simposium ini mewajibkan semua peserta untuk hadir baik official delegates maupun delegates.
Lokakarya yang diadakan paralel dengan GA juga sangat berkesan bagi pada delegasi karena menyediakan informasi yang sangat berguna bagi para peserta. Rangkaian acara tersebut terdiri dari lokakarya mengenai Public Health: Communicating in the Digital Age, Cultural Workshop, Altitude to Altitude in Pharmacy Profession, Increasing the Employability Quotient, IPSF Clinical Skills Event, IPSF Patient Counseling Event, IPSF Compounding Event, Pharmacy at Your Fingertips: Using Technology to Strengthen Your Therapy Decisions, Pharmaceutical R&D: New frontiers of innovation, Present needs of the Indian Pharma Industry from Academia dan masih banyak serangkaian lokakarya lainnya.
Novita Nur Dwihastuti yang akrab disapa Novita juga menuturkan bahwa banyak sekali hal berharga yang dia peroleh dari kegiatan ini khususnya tentang teknologi farmasi yang ada di India yang sudah jauh melampaui Indonesia. India yang juga negara berkembang sama seperti Indonesia sudah mampu menjadi negara dengan industri farmasi terbesar di dunia. Tak diragukan lagi bahwa banyak produk farmasi India yang diekspor ke negara-negara maju seperti Amerika Serikat. “India memang negara berkembang. Ada sisi India lebih, ada sisi India kurang. Teknologi dan sistem pendidikan (di India) udah lebih baik,” tutur Aldi dengan antusias “mereka efektif waktu, punya standar waktu yang baik. Pendidikan banyak sekali aplikasinya sedangkan internship di kita (Indonesia) masih kurang,” Aldi menambahkan. “Negara berkembang aja bisa jadi seperti India, masa kita (Indonesia) masih ketinggalan,” tutup Novita dengan optimis. (itb)