Informasi Mengenai Pembersihan/Pencucian dan Disinfeksi Permukaan di Luar Fasilitas Kesehatan Sehubungan dengan Pandemi COVID-19

Diterjemahkan dari website Robert Koch Institut (RKI), tanggal 07.04.2020 (https://www.rki.de/DE/Content/InfAZ/N/Neuartiges_Coronavirus/Reinigung_Desinfektion.html) dan Farmakope Jerman (DAB) edisi 6,  Tahun 1947 untuk Komposisi dan Cara Preparasi Larutan Sabun Kresol.

Oleh:
Rahmana Emran Kartasasmita
Sekolah Farmasi ITB
https://fa.itb.ac.id/covid19, farmasi@fa.itb.ac.id, Instagram: farmasiitb

Link pdf

Di area outdoor dan di area publik, diutamakan/didahulukan pembersihan/pencucian

Secara umum, infektivitas Virus Corona pada permukaan benda mati akan berkurang tergantung pada bahan dan kondisi lingkungan seperti suhu dan kelembaban. Untuk virus SARS-CoV-1 dapat ditunjukkan bahwa virus pada permukaan tertentu tetap infektif hingga 6 hari [Rabenau et al, 2005], tetapi pada kertas dan bahan berpori lainnya tidak aktif setelah waktu yang jauh lebih singkat [Lai et al, 2005]. Studi awal menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 menunjukkan sifat serupa [van Doremalen et al, 2020]. Secara umum, pada suhu rendah dapat diasumsikan infektivitas virus akan lebih lama. Demikian pula dalam sekret biologis (jika terkontaminasi) dapat diasumsikan bahwa virus tetap stabil lebih lama. Kontaminasi permukaan di sekitar orang yang terinfeksi tidak dapat diabaikan. Namun demikian, sejauh ini belum ada bukti penularan melalui permukaan di area publik.

Dalam konteks ini, juga ditunjukkan bahwa penerapan kebersihan/higiene tangan secara konsisten merupakan langkah paling efektif mencegah penularan kuman patogen pada atau melalui permukaan.

 

Di area outdoor atau di area publik, diutamakan/didahulukan membersihkan/mencuci permukaan.

 Ini juga berlaku untuk permukaan yang memiliki sifat antimikroba, karena di sini sekret dan kontaminan juga harus dihilangkan secara mekanis.

Apakah mendisinfeksi permukaan tertentu di luar fasilitas kesehatan diperlukan, harus diputuskan kasus per kasus berdasarkan pada kontaminasi aktual permukaan tersebut. Dalam hal ini, fokusnya harus pada kontaminasi oleh sekret pernapasan dan permukaan yang mungkin sering kontak dengan tangan orang yang sakit.

Disinfeksi rutin permukaan di area domestik dan publik, termasuk permukaan-kontak yang sering (dipegang), tidak direkomendasikan, juga pada pandemi COVID-19 saat ini. Dalam hal ini, pembersihan yang memadai merupakan metode pilihan. Berbeda halnya untuk situasi di mana orang yang diduga terinfeksi COVID dirawat di rumah (Dalam hal ini, setiap hari harus dilakukan pembersihan dan disinfeksi permukaan yang sering disentuh seperti, namun tidak terbatas pada, meja samping tempat tidur, rangka tempat tidur, dan perabot kamar tidur lainnya, minimum menggunakan disinfektan permukaan dengan bukti efektivitas “virusid terbatas”)

Jika disinfeksi dianggap perlu dalam kasus-kasus individual, umumnya harus dilakukan dengan cara disinfeksi menyeka/menggosok (permukaan). Disinfeksi dengan cara disemprotkan, yaitu membasahi permukaan tanpa tindakan/bantuan gerakan mekanis, kurang efektif dan juga dari segi keselamatan kerja tidak aman, karena disinfektan dapat terhirup. Dalam hal ini, fumigasi ruangan untuk disinfeksi pada dasarnya, juga tidak diperlukan. (Perhatian: Bila disinfeksi menyeka/menggosok akan dilakukan dengan tangan, maka harus mengenakan sarung tangan yang memberikan perlindungan memadai sehingga disinfektan tidak kontak/mengenai kulit).

Berbeda halnya untuk disinfeksi di area klinis, yaitu dalam area perawatan pasien dengan penyakit COVID-19 yang terkonfirmasi. Di sini pembersihan dan disinfeksi permukaan harus dilakukan sesuai dengan rekomendasi dari Komite Higiene Rumah Sakit dan Pencegahan Infeksi mengenai “Persyaratan Higiene pada Pembersihan dan Disinfeksi Permukaan”.

Virus Corona merupakan virus yang “beramplop” (ada lapisan lagi selain lapisan yang menyelubungi genom) dan relatif peka terhadap banyak disinfektan. Untuk disinfeksi dapat digunakan disinfektan yang terbukti efektif terhadap virus “beramplop” (minimum “virusid terbatas”). Disinfektan dengan spektrum kerja yang lebih luas terhadap virus seperti “virusid terbatas PLUS” atau “virusid” juga dapat digunakan. Disinfektan yang sesuai dapat dilihat pada daftar disinfektan dan proses disinfeksi yang telah diuji dan diakui oleh RKI (Daftar-RKI) serta pada daftar dari Asosiasi Higiene Terapan. Penggunaan produk disinfektan berbasis alkohol, atas dasar pencegahan/perlindungan terhadap kebakaran, harus dibatasi hanya pada area yang sempit/sedikit.

 

Daftar Disinfektan Untuk Permukaan (Cara Disinfeksi Menyeka) Yang Telah Diuji Dan Diakui Oleh RKI (Daftar RKI), Edisi Terbaru, 31 Oktober 2017

Diambil sesuai keperluan dari dokumen resmi RKI yang dipublikasi dalam Jurnal Bundesgesundheitsbl. 2017. 60:1274–1297, https://doi.org/10.1007/s00103-017-2634-6, yang juga bisa bisa diakses melalui website: https://www.rki.de/DE/Content/Infekt/Krankenhaushygiene/Desinfektionsmittel/Downloads/BGBl_60_2017_Desinfektionsmittelliste.pdf?__blob=publicationFile

Catatan: Daftar RKI mencakup produk disinfektan bermerk dagang dan non merk dagang (semacam produk generik). Produk disinfektan bermerk dagang karena komposisi formulanya tidak dinyatakan dan produk tersebut kemungkinan tidak beredar di Indonesia, tidak ditampilkan pada terjemahan ini.

Keterangan:
Sebagai pelarut/pengencer disinfektan, kecuali dinyatakan lain, digunakan air
A: Sesuai/cocok untuk membunuh bakteri vegetatif termasuk mikobakterium serta jamur termasuk spora jamur,
B: Sesuai/cocok untuk menginaktivasi virus sesuai dengan definisi efektivitas “virusid“ terhadap virus beramplop dan non-beramplop
1): Pada disinfeksi permukaan terhadap mikobakterium, khususnya bila ada darah, efektivitas tidak memadai.

***) Komposisi Formula dan Cara Preparasi Larutan Sabun Kresol
(DAB 6, halaman 210)

Liquor Cresoli saponatus – Kresolseifenlösung (Larutan Sabun Kresol)
Mengandung hampir 50% Kresol dan sabun yang mengandung sekitar 25% asam lemak.

Komposisi:
Minyak biji rami *): 120 bagian
Kalium hidroksida: 27 bagian
Air: 41 bagian
Etanol: 12 bagian
Kresol: 200 bagian

Cara preparasi:
Sambil diaduk, kepada minyak biji rami ditambahkan larutan kalium hidroksida dalam air lalu ditambahkan etanol. Campuran diaduk berulang sampai penyabunan terjadi sempurna, lalu didiamkan pada suhu kamar. Tambahankan kresol lalu diaduk hingga kresol dan sabun terlarut.

Catatan: *) minyak biji rami bisa diganti dengan minyak kelapa

Pustaka

  1. Farmakope Jerman/German Pharmacopoeia (Deutsches Arzneibuch – DAB) edisi 6, 9, 10.
  2. Lai MY, Cheng PK, Lim WW. 2005, Survival of severe acute respiratory syndrome coronavirus, Clin Infect Dis., 1:41(7):e67-71.
  3. Rabenau HF, Cinatl J, Morgenstern B, Bauer G, Preiser W, Doerr HW. 2005, Stability and inactivation of SARS coronavirus, Med Microbiol Immunol., 194(1-2):1-6.
  4. van Doremalen N, Bushmaker T, Morris DH, Holbrook MG, Gamble A, Williamson BN, Tamin A, Harcourt JL, Thornburg NJ, Gerber SI, Lloyd-Smith JO, de Wit E, Munster VJ. 2020, Aerosol and Surface Stability of SARS-CoV-2 as Compared with SARS-CoV-1, N Engl J Med., doi: 10.1056/NEJMc2004973. [Epub ahead of print].
  5. Website Robert Koch Institut (https://www.rki.de/DE/Content/InfAZ/N/Neuartiges_Coronavirus/Reinigung_Desinfektion.html)