ITB Menangkan Kompetisi Pemodelan Obat di Universitas Indonesia
BANDUNG, itb.ac.id – Nama ITB kembali diharumkan dengan kemenangan tim ITB pada salah satu ajang kompetisi pemodelan obat terbesar di Indonesia. Kompetisi ini diadakan sebagai rangkaian acara The 3rd Pharweek yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (BEM FF UI). Rangkaian acara ini berlangsung pada hari Jumat hingga Minggu kemarin (18-20/01/13) di Universitas Indonesia. Adapun tim dari ITB beranggotakan empat orang, yaitu Andhika Bintang Mahardhika (Sekolah Farmasi 2007), Stefanus Andry (Sekolah Farmasi 2008), Hani Hasanah (Farmasi Klinik dan Komunitas 2008), dan Nursamsiar (Sekolah Farmasi).
Rangkaian acara The 3rd Pharweek yang bertajuk ‘Through Healthy to Beauty’ ini terbagi menjadi empat garis besar acara inti, yaitu Kampanye dan Layanan Masyarakat, Workshop, Seminar dan Kompetisi. Adapun sesi seminar dan kompetisi terbagi menjadi Drug Modeling Competition (DMC), Patient Counseling Competition (PCC), dan Seminar Internasional. Wakil dari ITB yang dikirimkan untuk mengikuti rangkaian acara ini seharusnya ada dua tim, namun karena kondisi cuaca yang tidak terlalu baik pada saat tim pertama akan mengikuti PCC, maka tim tersebut tidak dapat mengikuti rangkaian acara ini.
Persiapan yang dilakukan oleh tim dari ITB ini sudah dilaksanakan sejak Oktober silam. Informasi mengenai kompetisi ini didapatkan dari mahasiswa Universitas Indonesia. Pada saat itu terjadi kesalahan informasi mengenai tema lomba yang disampaikan oleh mahasiswa tersebut. Baru kemudian pada bulan November – Desember diketahui bahwa tema dari kompetisi ini adalah mengenai penyakit-penyakit gastrointestinal atau penyakit-penyakit yang berhubungan dengan sistem pencernaan. Drug Modeling sendiri adalah suatu metode perancangan obat secara modern dengan menggunakan proses komputasi dengan tujuan untuk menekan biaya dan waktu produksi. Lalu kemudian berdasarkan penelitian dari salah satu dosen di Sekolah Farmasi, Dr.rer.nat. Rahmana Emran Kartasasmita, M.Si.,Apt mengenai obat untuk penyakit pencernaan, maka dilakukan sedikit modifikasi dan dibuatlah sebuah model untuk diajukan pada kompetisi ini.
Usaha Maksimal dan Jangan Takut Untuk Mencoba
Setelah melewati seleksi berkas yang ketat, maka terpilihlah dua finalis yang akan maju pada babak final, yaitu tim dari ITB dan tim dari UI. Pada babak final, peserta kemudian diminta untuk membuat publikasi berupa karya tulis dan poster serta diminta untuk melakukan presentasi mengenai produk obat yang dihasilkan selama lima belas menit. Adapun yang bertindak sebagai juri adalah pakar dari Universitas Indonesia dan Universitas Gadjah Mada.
Dengan usaha dan pembekalan materi yang maksimal, akhirnya tim dari ITB berhasil memenangkan kompetisi ini.
“Walaupun bekal materi dan usaha yang kami rasa cukup maksimal, awalnya kami juga cukup minder dan tidak terlalu yakin untuk bersaing dengan teman-teman dari UI sebagai tuan rumah, bahkan pada saat pengumuman juara saja saya masih tidak percaya dan meyakinkan anggota tim lain bahwa kami hanya meraih juara 2, baru kemudian setelah penghargaannya diberikan saya baru percaya bahwa kami berhasil meraih predikat juara pada kompetisi ini,” kata Andry.
Saat ditanya mengenai motivasi terbesar mengikuti kompetisi ini Nursamsiar mengatakan bahwa motivasi tersebut adalah karena dengan mengikuti kompetisi ini, mereka membawa nama baik ITB sebagai institut terbaik bangsa dan oleh karenanya cukup berat juga beban yang harus ditanggung oleh mereka sebagai wakil.
“Intinya adalah jangan takut dan ragu untuk mencoba. Dengan usia kelompok keahlian yang masih sangat muda dan pengetahuan yang masih terbatas, kami mampu mengatasi dan menjuarai kompetisi ini, tentu saja peluang untuk menjadi juara pada bidang-bidang lain masih terbuka lebar apalagi pada bidang-bidang dan jurusan yang sudah sangat mapan,” kata Andhika.
Oleh: Ahmad Furqan Hala.