Galeri Alumni FA/SF ITB

Prof. Dr. Haryanto Dhanutirto, DEA. Apt.,

Haryanto Dhanutirto (lahir di Purwokerto, Jawa Tengah, 14 Agustus 1939) adalah Alumni Sekolah Farmasi ITB angkatan tahun 1958; pernah menjabat sebagai Menteri Perhubungan Indonesia pada tahun 1993 hingga tahun 1998 dalam Kabinet Pembangunan VI pada pemerintahan Presiden Soeharto. Selain itu, beliau pernah pula menjadi anggota Dewan Pertimbangan DPD Golkar (1985-1987) dan sebagai anggota DPR-RI (1977-1978), dan MPR-RI (1982-1987). Selama menjabat anggota MPR-RI itu, Haryanto juga mengetuai Ikatan Sarjana Farmasi (ISFI) Jawa Barat [wiki].

Pada sidang perdana anggota MWA-ITB (2006-2011) tanggal 8 November 2006  di Ruang Rapat Departemen Pendidikan Nasional – Jakarta telah menetapkan Haryanto Dhanutirto sebagai ketua terpilih MWA-ITB menggantikan H.S. Dillon.

 

Dr. Ahmad Fuad Afdhal

Dr. Ahmad Fuad Afdhal adalah alumni Sekolah Farmasi ITB angkatan tahun 1969, Pria yang dikenal luas di lingkungan industri farmasi, pendidikan, pengusaha, dan komunitas PR itu memutuskan membangun usaha sendiri setelah mengundurkan diri sebagai Corporate Secretary PT Bimantara tahun 1995. Ia dipercaya pula menjadi salah satu komisaris PT Indofarma. Awalnya ia mendirikan PT Awal Fajar Adicita (Afa Com) , sebuah perusahaan konsultan PR pada 1995 untuk meningkatkan “Kepercayaan, Citra, dan Reputasi” perusahaan. Kemudian ia mendirikan PT Tiga Cahaya Fortuna yang bergerak di bidang event organizer untuk kegitan CSR perusahaan. Pada 2005 ia mendirikan Stratos yang bergerak di bidang penelaahan kebijakan strategis pada korporasi maupun usaha-usaha bisnis.

Penggemar sepak bola itu aktif terlibat di Center For Socio Economic Studies in Pharmacies disamping meluangkan waktunya untuk menjadi Kepala Sekolah Sepak Bola Anak-Anak Asiom.

Sebagai orang yang banyak berkecimpung di dunia farmasi, ia melihat bahwa industri farmasi harus jeli dalam menentukan ROI (return on investment). Apa artinya? Harus ada cukup orang untuk membeli obat. “Biaya obat per kapita Indonesia merupakan salah satu yang terendah,” ujar Fuad Afdhal. [topic: business].

Pada tahun 2012 ini,   Dr. Ahmad Fuad Afdhal : satu dari lima [Ahmad Fuad Afdhal, Indonesia — Ph.D., Philosophy (1983),Tomáš Klvaňa, Czech Republic — Ph.D., Speech Communications (1997), Michael Byungnam Lee, Korea — Ph.D., Industrial Relations (1998), Chun-Pin Lin, Taiwan — Ph.D., Oral Biology (1994), M.S., Biophysical Science (1995)mA. Erinç Yeldan, Turkey — Ph.D., Agricultural and Applied Economics (1988) penerima “Distinguished Leadership Award for Internationals” dari Universitas Minnesota, USA.

  • Johannes Setijono
  • Agus Anwar
  • Jisman Siagian
  • Ahmad Fuad Afdhal
  • Drs. Jahja Santoso, Pharmacist
  • Prof. Haryanto Dhanutirto
  • Eddie Lembong
  • Drs. Rudy Soetikno
  • Dra. Nina Gunawan
  • Dr. Hj. Inne Erna Adriana Soekaryo, Apt.

———————–

Niken Indriyanti, S.Farm, Apt.

Niken Indriyanti, S.Farm, Apt., adalah alumni Program Studi Profesi Apoteker Sekolah Farmasi ITB angkatan tahun 2009. Berturut-turut meraih award, yaitu pada tahun 2011 dan tahun 2012 menerima Research Sponsorship-Care for Lupus SDF Awards 2011 tentang daun Cocor Bebek, untuk kategori penelitian bahan alam yang tersedia di Indonesia sebagai suplemen terapi dalam pengobatan dan atau pengendalian penyakit Lupus untuk meningkatkan kualitas hidup Odapus (orang dengan lupus), demikian pula pada tahun 2012.

Yayasan Syamsi Dhuha [Syamsi Dhuha Foundation] adalah suatu yayasan yang didirikan berdasarkan Akta Nomor 15 tanggal 11 Oktober 2003 dari kantor Notaris Dr. Wiratni Ahmad,SH dan telah mendapatkan pengesahan berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman dan HAM RI No. C-186.HT.01.02.TH2004. Yayasan ini pada awal berdirinya bertujuan ingin membesarkan hati para sahabat ODAPUS (orang dengan Lupus) dan keluarga yang mendampinginya, melalui berbagai aktifitas yang bermanfaat bukan hanya bagi mereka sendiri tetapi juga bagi masyarakat secara luas,  melalui salah satu programnya “Care For Lupus”.

 

Audrey Clarissa:

 

Audrey Clarissa, alumni Sekolah Farmasi, Angkatan 2002 ini telah membuat pencapaian yang luar biasa pada bulan Juli 2006. Ia terpilih sebagai Presiden International Pharmaceutical Students Federation (IPSF) untuk masa jabatan 2006-2007.

IPSF adalah sebuah organisasi internasional yang beranggotakan 350.000 mahasiswa farmasi di lebih dari 70 negara dan diakui memiliki ikatan kuat dengan organisasi PBB seperti WHO, UNESCO dan Ecosoc. Audrey yang lahir di Bandung pada tanggal 5 Januari 1985 ini adalah presiden IPSF pertama yang berasal dari Asia sejak organisasi tersebut berdiri pada tahun 1949 di London, Inggris.

 

Dian Wahdini Syarief

Harumnya nama Indonesia telah bergema di Assembly Hall Markas Perserikatan Bangsa-Bangsa di Jenewa saat Dian Syarief, Ketua Syamsi Dhuha Foundation (SDF) dan Eko Pratomo, Pendiri SDF dari Indonesia menerima penghargaan Sasakawa Health Prize 2012 yang diserahkan oleh Presiden Sidang WHO ke-65, Prof. Therese N’Dri Yoman dan disaksikan Dirjen WHO (World Health Organization) Dr. Margaret Chan pada 24 Mei 2012. SDF dipilih dan dianugerahi Sasakawa Health Prize 2012 sebagai bentuk apresiasi kepada SDF yang telah menunjukkan komitmennya yang terus-menerus dalam merintis berbagai inovasi dan kegiatan serta menggugah perhatian pemerintah dan masyarakat terhadap penanganan penyakit Lupus di tanah air. Ketua SDF, Dian Syarief, 46 tahun, adalah alumni Jurusan Farmasi ITB angkatan 1983, yang sejak awal karirnya bekerja di sebuah bank swasta nasional. Sempat menduduki beberapa posisi di bagian marketing and credit dan di akhir karirnya di perbankan ia menjabat sebagai Corporate Communication Manager di kantor pusat bank bermaskot si jempol itu. Namun sejak awal 1999, ketika lupus menghampiri dirinya, hidupnya berubah. Ia harus berhenti dari karir dan pekerjaan yang sudah lebih dari 8 tahun dibangun. Mengalami berbagai ujian sakit dan harus berkali-kali dirawat di rumah sakit dan menjalani berbagai operasi besar untuk bisa bertahan hidup. Semua itu memberikan pengalaman dan pelajaran hidup yang berharga. Kebersyukuran atas kesempatan hidup kedua yang Tuhan berikan, mendorongnya bersama suami Eko Pratomo, alumni jurusan mesin teknik penerbangan ITB angkatan 1982, untuk mendirikan Syamsi Dhuha Foundation (SDF) (www.syamsidhuhafoundation.org) di akhir 2003, guna merealisasikan niatnya membantu memberi dukungan kepada para penyandang lupus dan low vision, melakukan edukasi publik tentang penyakit ini serta melakukan advokasi untuk menggalang kepedulian pemerintah dan pihak terkait untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan kualitas hidup penyandang  lupus dan low vision. Selain Sasakawa Health prize, berbagai upaya yang dilakukan oleh SDF dan Dian Syarif telah mendapat apresiasi dari berbagai pihak, yaitu:

  1. International Lifetime Achievement Award dari The 9th International Congress on SLE di Vancouver – Canada, Juni 2010
  2. Danamon Award sebagai terfavorit kedua pilihan publik dari 10 finalis yang berasal dari berbagai bidang dan daerah di Indonesia, November 2010
  3. Netty Awards sebagai Inspiring Woman dalam acara Women’s Day Provinsi Jawa Barat, Maret 2011