Seminar Nasional Kurikulum Pendidikan Tinggi Farmasi di Indonesia
Pada tanggal 17-18 Mei 2017, Sekolah Farmasi ITB mengadakan “Seminar Nasional Kurikulum Pendidikan Tinggi Farmasi di Indonesia” sebagai rangkaian acara peringatan 70 tahun Sekolah Farmasi ITB. Seminar ini dihadiri oleh 195 peserta yang berasal dari 82 instansi pendidikan, rumah sakit, dan media informasi dari berbagai kota yang ada di Indonesia. Seminar yang diketuai oleh Dr. Diky Mudhakir, Apt. ini diadakan untuk memfasilitasi interaksi dan sharing pengalaman dari para pakar dalam bidang pendidikan serta profesional, dengan harapan kompetensi yang harus disiapkan dapat teridentifikasi, terutama untuk menghadapi persaingan global.
Seminar yang bertemakan “Kontribusi Pendidikan Tinggi dalam Membentuk Insan Farmasi Kompeten dan Cergas” ini menghadirkan 17 pembicara, termasuk dua pembicara internasional yaitu Prof. Dexi Liu (College of Pharmacy, University of Georgia, USA) dan Lourens Bloem, M.Sc. (Utrecht University, the Netherlands). Kedua pembicara tersebut memaparkan materi pada hari pertama (17 Mei 2017) bersama dengan pemateri lain, yakni Prof. Aris Junaidi (Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan – Kemenristekdikti), Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt. (Ikatan Apoteker Indonesia), Prof. Dr. Daryono Hadi Tjahjono, M.Sc., Apt. (Sekolah Farmasi ITB), Raymond Tjandrawinata, Ph.D. (PT Dexa Medica), Prof. dr. Hasbullah Thabrany, MPH., Dr.PH (Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia), Budi Rahardjo, M.Sc., Ph.D. (Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB), dan Dra. L. Endang Budiarti, M. Pharm., Apt. (Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta).
Topik yang disampaikan sangat bervariasi dan mencakup berbagai aspek penting yang diperlukan sebagai dasar pengembangan kurikulum pendidikan tinggi farmasi, mulai dari kurikulum sebagai standar kualitas sistem pembelajaran pada pendidikan akademik dan profesi, perkembangan terkini dan inovasi teknologi farmasi, pengembangan produk obat alam dan produk bioteknologi serta realisasinya dalam aspek komersial, kompetensi lulusan pendidikan tinggi farmasi dalam bidang klinik, farmakoekonomi dan sistem jaminan kesehatan di Indonesia hingga ke peranan teknologi informasi dalam bidang pengajaran.
Pada hari kedua (18 Mei 2017), peserta dibagi menjadi 4 kelompok berdasarkan peminatan, dan peserta berdiskusi dalam skema focus group discussion (FGD) bersama pembicara yang terlebih dahulu memaparkan materi. Diskusi dilakukan secara paralel bersama dua pembicara dengan 4 topik utama, yaitu “Exit Exam” bersama Dr. Umi Athiyah, Apt. (Fakultas Farmasi Universitas Airlangga) dan Dr. Lucy Sasongko (Sekolah Farmasi ITB), Apt.), “Kurikulum” bersama Endang Wahjuningsih, M.S., Apt. (Fakultas Farmasi UBAYA) dan Prof. Dr. Slamet Ibrahim S., Apt. (Sekolah Farmasi ITB), “Perkembangan Terbaru Sains dan Teknologi Farmasi” bersama Dr. Neny Nuraini (PT Bio Farma) dan Dra. Anita Ekayanti, Apt. (PT Kalbe Farma), dan “Perkembangan Terbaru Farmasi Klinik dan Komunitas” bersama Dra. Yulia Trisna, M.Pharm., Apt. (Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo Jakarta) dan Prof. Dr. Tutus Gusdinar K., Apt. (Sekolah Farmasi ITB).
Kurikulum merupakan salah satu perangkat utama untuk mencapai tujuan pendidikan yang perlu peninjauan dan revisi yang berkala secara menyeluruh. Seminar mengenai kurikulum sebaiknya diadakan secara rutin dan berkala, karena dapat dijadikan sebagai acuan perguruan tinggi di Indonesia, terutama yang menyelenggarakan pendidikan tinggi farmasi sebagai salah satu upaya dalam pemerataan kualitas pendidikan tinggi farmasi di seluruh Indonesia.
No Comments